Wednesday, January 2, 2013

Tokoh-Tokoh Wayang Indonesia

Wayang adalah salah satu budaya Hindu yang masuk ke Indonesia berabad-abad silam. Meski dianggap sebagai mitos, tokoh-tokoh wayang dan kisah dalam pewayangan mengandung filosofi dan nilai moral yang tinggi tentang keberanian, kebaikan, kejujuran, pengorbanan, keteguhan, dan komitmen. Tak heran jika dalam perkembangannya, tokoh-tokoh wayang beserta kisah pewayangan sering dijadikan pelajaran bagi masyarakat.

Salah satu epik atau kisah yang sangat terkenal dalam dunia pewayangan adalah Mahabharata. Epik ini memperkenalkan banyak tokoh-tokoh wayang yang nantinya menjadi besar.  Mahabharata mengisahkan perang besar-besaran yang terjadi di padang Kurusetra antara pihak Pandawa (putra Pandu) melawan Kurawa (putra Destrarata) yang dinamakan Bharatayudha. Perang ini berlangsung berbulan-bulan dan menelan korban ribuan orang dari kedua belah pihak, sebelum akhirnya dimenangkan oleh Pandawa.




Tokoh-Tokoh Wayang yang Terkenal

Dalam cerita pewayangan, tokoh-tokoh wayang dibedakan menjadi dua “kelompok”. Satu adalah tokoh-tokoh wayang bertabiat baik, dan satunya lagi adalah tokoh-tokoh wayang dengan tabiat buruk. Bagi Anda yang gemar terhadap jalan cerita serta tokoh-tokoh wayang, pasti tidak asing mendengar nama Pandawa dan Kurawa.

Ya, dalam epik ini, tokoh-tokoh wayang yang tergabung dalam Pandawa merupakan representasi dari kebaikan, sedangkan Kurawa adalah simbol kejahatan. Jika Anda penasaran ingin mengenal lebih jauh tokoh-tokoh wayang ini, simaklah gambaran singkatnya berikut ini.

1. Tokoh-tokoh Wayang Pandawa
  • Tokoh-tokoh Wayang Pandawa - Yudistira
    Satu diantara tokoh-tokoh wayang Pandawa yang terkenal adalah Yudistira atau dikenal juga dengan nama Puntadewa, Sami Aji, dan Darmawangsa. Yudistira adalah putra Prabu Pandu yang tertua dari istrinya Dewi Kuntinalibrata. Yudistira memegang tahta di kerajaan Astina dan bergelar Prabu Kalimataya.
    Diantara tokoh-tokoh wayang yang lain Yudistira adalah termasuk sosok yang sangat jujur, lembut hati, sabar, dan berbudi luhur. Bahkan dikisahkan pula bahwa Yudistira adalah raja yang berdarah putih karena tidak pernah mengucapkan dusta sekali pun. Sebagai ksatria, ia memiliki pusaka yang bernama Jamus Kalimasada yang mampu melindungi dan menunjukkan pada kebenaran. Yudistira beristrikan Dewi Drupadi dan Dewi Kuntulwilaten.

  • Tokoh-tokoh Wayang Pandawa - Bima
    Satu diantara tokoh-tokoh wayang lain yang memiliki keunikan tersendiri adalah Bima. Bima alias Bratasena alias Werkudara adalah adik kandung Yudistira. Bima adalah seorang ksatria yang terkenal berbadan tinggi besar, dengan sikap pemarah tapi jujur dan berhati mulia. Selain Kuku Pancasena, senjata andalannya adalah sebuah gada yang bernama Rujakpala/Rujakpolo. Bima beristri Dewi Arimbi dan Dewi Nagagini. Dari Arimbi, lahirlah Gatotkaca yang berotot kawat bertulang baja dan memiliki kemampuan terbang di udara. Dari Dewi Nagagini, Bima berputra Antasena yang bisa menembus bumi. Kehadiran Gatotkaca semakin menambah panjang daftar nama tokoh-tokoh wayang yang sudah ada.

  • Tokoh-tokoh Wayang Pandawa - Arjuna
    Arjuna adalah adik kandung Bima dan Yudistira. Tokoh Arjuna selalu dikaitkan dengan ketampanan dan daya tarik laki-laki.  satu diantara banyaknya tokoh-tokoh wayang ini  memang dikisahkan sangat tampan dan memiliki banyak istri di bumi dan di kayangan. Arjuna yang dikenal juga dengan nama Janaka, adalah titisan Dewa Wisnu. Arjuna adalah ksatria yang cerdik dan gemar bertapa, ia juga merupakan ksatria di Madukara dan raja di Tinjomaya yang merupakan kerajaan di kayangan. Istri-istri Arjuna yang terkenal adalah Wara Srikandi dan Wara Sumbadra.

  • Tokoh-tokoh Wayang Pandawa - Nakula dan Sadewa
    Nakula adalah anak Prabu Pandu dengan Dewi Madrim, akan tetapi dari kecil diasuh oleh Dewi Kunti, karena keduanya meninggal dunia. Nakula memiliki saudara kembar yaitu Sadewa. Nakula dikenal juga dengan nama Raden Pinten, ia sangat ahli di bidang pertanian, sedangkan Sadewa menguasai ilmu peternakan. Keduanya merupakan ksatria pamungkas Pandawa. Setelah perang Bhratayudha, mereka menjadi raja di Mandraka. Kedua sosok yang merupakan bagian dari tokoh-tokoh wayang Pandawa ini selalu identik dengan kebersamaan dan keterikatan batin.


2. Tokoh-tokoh Wayang Kurawa
Tokoh-tokoh wayang yang tergabung dalam Pandawa dan Kurawa sebenarnya terikat tali persaudaraan karena mereka merupakan cucu dari Abiyasa. Namun karena berselisih memperebutkan tahta kerajaan Amarta, mereka menjadi musuh bebuyutan.

Perseteruan ini diawali tipu daya Kurawa untuk memiliki Amarta yang sebenarnya merupakan hak Pandawa. Karena Pandawa kalah taruhan, mereka diharuskan meninggalkan Amarta selama tujuh tahun. Setelah tahun ketujuh Pandawa kembali untuk meminta Amarta, tapi Kurawa menolak menyerahkannya. Perseteruan antara tokoh-tokoh wayang Pandawa dan Kurawa ini berlangsung cukup lama, bahkan hingga menciptakan sebuah legenda.

Tokoh-tokoh wayang Kurawa yang terkenal adalah:
  • Tokoh-tokoh Wayang Kurawa - Duryudhana
    Salah satu tokoh dari tokoh-tokoh wayang Kurawa adalah Duryudhana. Dia  adalah anak Kurawa yang paling sulung, ia terkenal kebal oleh senjata apa pun. Duryudhana adalah figur pemimpin yang ragu-ragu dan mudah termakan hasutan. Atas pengaruh Sangkuni, ia menolak menyerahkan Amarta ke tangan Pandawa dan memicu perang Bharatayudha. Duryudana memiliki anak bernama Lesmana yang meninggal dalam perang tersebut.

  • Tokoh-tokoh Wayang Kurawa - Dursasana
    Dursasana adalah adik Duryudhana, terkenal sombong, bermulut besar dan memiliki segudang karakter jelek lainnya. Dursasana adalah satu-satunya tokoh diantara tokoh-tokoh wayang Kurawa lainnya yang berurusan dengan Drupadi. Sebelum perang terjadi, Dursasana melakukan penghinaan terhadap Dewi Drupadi yang menyebabkan Drupadi bersumpah tidak akan mengikat atau menggelung rambutnya sebelum keramas dengan darah Dursasana. Sumpah ini terlaksana ketika Bima mengalahkan Dursasana dan menampung darahnya untuk keramas Drupadi.

3. Tokoh-tokoh Wayang dengan Watak Lucu dan Penghibur
Pada cerita wayang, tokoh-tokoh wayang yang serius seperti Pandawa dan Kurawa harus diakui kadang menimbulkan kejenuhan. Rasa jenuh itu kemudian perlahan melahirkan tokoh-tokoh wayang lain yang berperan sebagai penghibur. Para tokoh wayang tersebut akan bisa langsung mencairkan suasana.

Kisah wayang yang kita lihat dalam pagelaran-pagelaran mengalami modifikasi, yaitu dimasukkannya tokoh- tokoh wayang Punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong (Jawa Timur dan Tengah), atau Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng (Jawa Barat).

Dalam versi asli mitologi Hindu, tokoh-tokoh wayang tersebut tidak ada. Akan tetapi kenyataannya, kehadiran tokoh-tokoh wayang Punakawan itulah yang membuat suasana lebih segar. Pertunjukkan wayang yang biasanya berlangsung berjam-jam sedikit akan mendapatkan "bantuan" agar tidak begitu membosankan.

Tokoh-tokoh wayang yang tergabung dalam Punakawan ini menyuguhkan cerita yang berbeda. Jika tokoh-tokoh wayang Pandawa dan Kurawa selalu identik dengan pertempuran, perang dan permusuhan, maka tokoh-tokoh wayang Punakawan ini tidak demikian.

Punakawan adalah tokoh-tokoh wayang yang selalu menghadirikan keriuhan disetiap pagelaran wayang. Keriuhan tersebut hadir sebagai bentuk apresiasi karena tingkah lucu para tokoh-tokoh wayang tersebut. Mereka lah tokoh-tokoh wayang yang selalu membuat suasana menegangkan kembali mencair. Meskipun demikian, dibalik segala tingkah laku konyol dan lucu tokoh-tokoh wayang Punakawan itu, mereka memiliki kesaktian yang luar biasa.

Tokoh-tokoh wayang yang berperan sebagai penghibur itu ternyata memiliki kekuatan yang luas biasa. Jika dikaitkan dengan jalan cerita wayang, para tokoh Punakawan tersebut merupakan dewa-dewa yang terkadang justru mengajarkan kebaikan bagi para tokoh wayang Pandawa.

Di balik kelucuan dan keluguannya, tokoh-tokoh wayang Punakawan ini memiliki kesaktian dan kewibawaan yang tidak dimiliki oleh tokoh-tokoh wayang lainnya. Menggambarkan bahwa kewibawaan dan kesaktian tidak selamanya harus dibalut dengan kesan gagah dan baju-baju megah.

Banyak sekali tokoh wayang yang selalu hadir dalam sebuah drama pewayangan yang di Indonesia. Dari mulai cerita wayang di Jawa Barat seperti dikenal dengan wayang golek dan di Jawa Tengah dengan wayang kulitnya.

Seni rupa sandiwara boneka berkayu atau lebih lazim jenengan - namanya Wayang Golek, tindak-tanduknya memang kelihatan seperti lagi ngagulitik atau menggolek, asal muasalnya di dataran tinggi Priangan Jawa Barat yang kerajaan buddha Pajajaran masih misésa atau menguasai pada abad XV M., tatkala itu, Sunan Giri.

Salah satu dari sembilan Wali Songo yang mendatangi pulau Jawa dari perbagai negeri ufuk timur seperti Persia, Turki, Mesir dan Cina untuk beruluk salam sambil mencanangkan kewibawan firman Allah, dipercaya memperkenalkan seni ini kepada penduduk setempat.

Dari sekian banyak tokoh wayang yang dimunculkan, ada beberapa tokoh yang sering menjadi hiburan atau ditunggu-tunggu dalam pementasan wayang tersebut.

Sosok punakawan biasanya menjadi penghibur dalam pementasan wayang. Sebenarnya sosok punakawan ini menjadi penasihat bagi para tokoh pandawa yang sering berseteru dengan kurawa.

Para sosok punakawan ini selalu ikut dengan para pandawa lima ke manapun mereka berangkat. Keberadaan tokoh wayang sosok punakawan inilah yang menjadi pembeda dengan wayang aslinya di India. Di India sosok punakawan ini tidak ditemukan dan ini hanya ciptaan para penulis cerita wayang di Indonesia.

Keempat orang yang disebut punakawan ini adalah Semar, Gareng, Cepot, Dawala. Biasanya dalam pewayangan, mereka datang untuk menghibur para penonton dengan gurauan khas yang didatangkan oleh para dalang. Keberadaan mereka diyakini menjadi sebuah cara supaya orang Indonesia bisa menonton dan suka terhadap wayang.

Semar

Semar tokoh wayang ini wujud aslinya merupakan seorang yang tampan dan gagah perkasa. Ia sebenarnya seorang dewa yang sangat gagah, tetapi karena keinginan membantu sesama, maka ia muncul menjadi rakyat biasa dan bertugas mengasuh ke tiga anaknya, Gareng, Cepot, dan Dawala.

Tokoh wayang Semar sekalipun samaran juga memiliki asal mula kelahirannya. Kelahiran tokoh Semar da-lam karya sastera berbeda dengan asal mula Semar dalam pertunjukan wayang. Demikian pula asal mula Semar dalam wayang versi lakon Arjunasasra, Ramayana berbeda dengan asal mula dalam wayang versi Mahabarata.

Filosofi dari tokoh Semar merupakan sebuah gambaran seseorang yang berlaku bijak dari seorang dewa. Simbol tubuh yang bulat menggambarkan bumi yang menyatakan bahwa dirinya adalah pelindung bagi rakyatnya. Ia selalu mengumbar senyum tapi matanya selalu memperlihatkan kesembaban. Simbol ini menyatakan bahwa kehidupan manusia ada suka dan dukanya.

Di dalam pertunjukan wayang kulit purwa jawa, nama tokoh wayang Semar merupakan tokoh yang ada dan tetap hidup sepanjang jaman. Semar dalam pewayangan Jawa ada kemungkinannya mirip dan diangkat dari Semar pada beberapa karya sastra Jawa.

Pada pertunjukan wayang kulit Jawa versi Arjuna sasra, tokoh Semar hadir mengikuti tokoh pemegang peran Sumantri yang oleh karena ketulusan pengabdiannya kepada Negara, kemudian menjadi mahapatih Suwanda di kerajaan Mahespati. Semar mengikuti Suwanda hingga akhir hayatnya.

Wajah yang tua diimbangi dengan bentuk rambut seperti anak muda, dan penggambaran laki-laki dan perempuan ketika berkelamin laki-laki tapi mempunyai payudara. Dari sini bisa disimpulkan bahwa semar adalah lambang dari keseimbangan di bumi ini.

Gareng

Gareng tokoh wayang anak Gandarwa (sebangsa jin) yang diambil anak angkat pertama oleh Semar. Nama lain gareng adalah : Pancalpamor ( artinya menolak godaan duniawi ) Pegatwaja ( artinya gigi sebagai perlambang bahwa Gareng tidak suka makan makanan yang enak-enak yang memboroskan dan mengundang penyakit. Nala Gareng (artinya hati yang kering, kering dari kemakmuran, sehingga ia senantiasa berbuat baik).

Mata yang juling tidak seperti tokoh wayang yang lainnya, menjadi sebuah gambaran bahwa dirinya tidak mau  melihat hal yang berbau kejahatan atau bisa mendatangkan kejahatan.

Selanjutnya, badan yang melengkung melambangkan bahwa dalam hidup kita janganlah suka mengambil harta atau apa pun yang bukan haknya. Berjalan seperti orang pincang, menandakan ia selalu waspada dalam menjalani hidupnya. Serta ia pun selalu menolong siapapun dalam ceritanya.

Semua ini menyuruh kita supaya janganlah membedakan orang dari segi fisiknya, kerena semua orang sebenarnya sama di hadapan yang Mahakuasa. Kita tidak tahu apakah orang yang fisiknya jelek hatinya juga akan jelek.

Gareng tokoh wayang senang bercanda, setia kepada tuannya, dan gemar menolong. Dalam pengembaraannya pernah menjadi raja bernama Prabu Pandu Bergola di kerajaan Parang Gumiwang. Ia sakti mandraguna, semua raja ditaklukkannya. Tetapi ia ingin mencoba kerajaan Amarta ( tempat ia mengabdi ketika menjadi punakawan).Semua satria pandawapun dikalahkannya. Sementara itu Semar, Petruk dan Bagong sangat kebingungan karena kepergian Gareng.

Makna yang terkandung dalam kisah Gareng adalah :
  • Jangan menilai seseorang dari wujud fisiknya. Budi itu terletak di hati, watak tidak tampak pada wujud fisik tetapi pada tingkah dan perilaku. Belum tentu fisiknya cacat hatinya jahat.
  • Manusia wajib saling mengingatkan.
  • Jangan suka merampas hak orang lain.
  • Cintailah saudaramu dengan setulus hati.
  • Kalau bertindah harus dengan penuh perhitungan dan hati-hati

Cepot

Dalam pertunjukan tokoh wayang golek, Cepot merupakan seorang idola dan keluarnya tokoh ini selalu paling ditungu. Cepot merupakan anak pertama Semar. Ia memiliki sifat yang sangat humoris ketika menjalankan perannya dan kadang juga suka menjahili adiknya sendiri yang bernama Dewala.

Di balik humorannya tersebut tersimpan beberapa filosofi yang menjadi tuntunan buat kita. Ia kadang diminta nasihatnya dalam memecahkan masalah pandawa. Meskipun humor, tetapi itu merupakan sebuah tuntunan. Dalam kehidupan, segala sesuatu bisa dilakukan dengan cara yang membuat kita enjoy, salah satunya bisa dengan guyonan. Cepot merupakan seorang pendekar atau ksatria bagi pandawa lima.

Lakonnya biasanya dikeluarkan oleh dalang di tengah kisah. Selalu menemani para ksatria, terutama Arjuna, Ksatria Madukara yang jadi majikannya. Cepot digunakan dalang untuk menyampaikan pesan-pesan bebas bagi pemirsa dan penonton baik itu nasihat, kritik maupun petuah dan sindiran yang tentu saja disampaikan sambil guyon.

Dalam berkelahi atau perang, Sastrajingga biasa ikut dengan bersenjata bedog alias golok. Dalam pengembangannya tokoh wayang Cepot juga punya senjata panah. Para denawa (raksasa/buta) biasa jadi lawannya.

Dewala

Dewala tokoh wayang hampir sama karakternya dengan Cepot, karena ia juga adalah adik dari Cepot. Layaknya seorang adik, ia selalu patuh terhadap kakaknya. Itulah sebabnya kehadiran Dewala selalu disandingkan dengan adanya Cepot. Karakternya yang humoris menjadi daya tarik khususnya bagi para penggemar wayang golek. Ia pun tidak sungkan untuk melakukan pertarungan membantu pandawa dalam mengalahkan musuhnya.

Mereka adalah tokoh multi-peran yang dapat menjadi penasihat para penguasa/ksatria bahkan dewa, penghibur, kritikus hingga menjadi penyampai kebenaran dan kebajikan.Dari mereka kita dapat banyak mengambil hikmah bahkan dengan tanpa terasa sebenarnya menertawakan diri sendiri.

Karakter Punakawan ini memang tidak ada dalam versi asli mitologi Hindu epik Mahabarata dari India. Punakawan adalah modifikasi atas sistem penyebaran ajaran-ajaran Islam oleh Sunan Kalijogo dalam sejarah penyebarannya di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Walaupun sebenarnya pendapat ini pun masih diperdebatkan oleh banyak pihak.

Jika melihat ke biografi karakter-karakter Punakawan, mereka asalnya adalah orang-orang yang menjalani metamorfosis (perubahan karakter yang berangsur-angsur) hingga menjadi sosok yang sederhana namun memiliki kedalaman ilmu yang luar biasa.

Para dewa pun tidak ada yang berani marah kepada Bagong (wayang Jawa) atau Astrajingga/Cepot (wayang Sunda) atau Bawor (wayang Banyumas) sekalipun sosok ini sering mengkritik mereka dengan humor-humor yang sarat kebijaksanaan.

No comments: